Bandar Antariksa Pertama Indonesia di Biak Papua
GAWARI-Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Empat bidang utama LAPAN yakni penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara.
Roket Chandrayaan-2 saat diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan Sriharikota, pada Senin (22/7/2019), pukul 14.43 petang waktu setempat.
Dilansir dari Kompas.com,
Indonesia untuk pertama kalinya akan memiliki Bandar Antariksa. Adapun, lokasi yang dipilih untuk pendirian Bandar Antariksa ini adalah di Biak, Papua.
Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN), Robertus Heru Trijahyanto membenarkan informasi tersebut. “Betul. Kita akan membuat seperti tempat uji terbang roket LAPAN yang saat ini ada di Garut Selatan. Namun lebih besar sehingga dapat digunakan untuk uji roket yang lebih besar,” ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (10/11/2019).
Secara legal batas antariksa disebutnya adalah 100 km. Sementara, nantinya, tahun 2024 ditargetkan roket yang akan diuji oleh LAPAN memiliki ketinggian maksimal 300 km. Menurut Heru, dipilihnya Biak karena tempat tersebut dinilai ideal untuk tujuan di atas. “Untuk mencapai ketinggian tersebut roketnya harus lebih besar (diameter dan panjang). Sehingga perlu tempat peluncuran yang lebih luas,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, manfaat dari Bandar Antariksa ini adalah untuk penguasaan teknologi dan operasional pelucur satelit. “LAPAN sudah bisa membuat satelit sendiri. Target selanjutnya meluncurkan satelit dengan roket buatan sendiri dan Bandar Antariksa di Indonesia,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, secara terpisah pada Minggu (10/11/2019).
Hal tersebut menurutnya senada dengan UU Keantariksaan No. 21/2013 di mana salah satu amanat yang diberikan kepada LAPAN adalah peluncuran wahana antariksa, membangun dan mengoperasikan Bandar Antariksa. “Karena keterbatasan anggaran, LAPAN berencana membuat Bandar Antariksa skala kecil untuk uji terbang roket dan peluncuran roket kecil. Ditargetkan tahap awal selesai sebelum 2024 untuk memfasilitasi uji terbang roket bertingkat yang akan dikembangkan,” terang Thomas.
Nantinya, Bandar Antariksa besar juga diupayakan dibangun dan dioperasionalkan dengan kemitraan internasional. Terkait dengan pemilihan lokasi, Thomas menyampaikan, sempat terdapat kajian untuk mencari alternatif tempat yakni: Biak, Morotai dan Enggano. “Akhirnya pada rapat koordinasi 2018 antar Kementerian/Lembaga, LAPAN menetapkan Biak sebagai lokasi Bandar Antariksa,” ujarnya lagi. Alasannya, sejak tahun 1980-an LAPAN sudah menyiapkan lahan seluas 100 hektare di Biak Utara, Papua. Lokasi tersebut ideal karena Biak paling dekat ekuator dan pantai timurnya langsung menghadap Samudera Pasifik. Adapun tempat peluncuran roket yang ada di Garut saat ini, disebut Thomas sebagai lokasi untuk tempat uji statistik dan uji terbang roket kecil.
Wah senang rasanya Indonesia mulai konsen mengembangkan bidang Antariksa. Semoga lancar dan sukses.
Roket Chandrayaan-2 saat diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan Sriharikota, pada Senin (22/7/2019), pukul 14.43 petang waktu setempat.
Dilansir dari Kompas.com,
Indonesia untuk pertama kalinya akan memiliki Bandar Antariksa. Adapun, lokasi yang dipilih untuk pendirian Bandar Antariksa ini adalah di Biak, Papua.
Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN), Robertus Heru Trijahyanto membenarkan informasi tersebut. “Betul. Kita akan membuat seperti tempat uji terbang roket LAPAN yang saat ini ada di Garut Selatan. Namun lebih besar sehingga dapat digunakan untuk uji roket yang lebih besar,” ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (10/11/2019).
Secara legal batas antariksa disebutnya adalah 100 km. Sementara, nantinya, tahun 2024 ditargetkan roket yang akan diuji oleh LAPAN memiliki ketinggian maksimal 300 km. Menurut Heru, dipilihnya Biak karena tempat tersebut dinilai ideal untuk tujuan di atas. “Untuk mencapai ketinggian tersebut roketnya harus lebih besar (diameter dan panjang). Sehingga perlu tempat peluncuran yang lebih luas,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, manfaat dari Bandar Antariksa ini adalah untuk penguasaan teknologi dan operasional pelucur satelit. “LAPAN sudah bisa membuat satelit sendiri. Target selanjutnya meluncurkan satelit dengan roket buatan sendiri dan Bandar Antariksa di Indonesia,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, secara terpisah pada Minggu (10/11/2019).
Kemitraan Internasional
Hal tersebut menurutnya senada dengan UU Keantariksaan No. 21/2013 di mana salah satu amanat yang diberikan kepada LAPAN adalah peluncuran wahana antariksa, membangun dan mengoperasikan Bandar Antariksa. “Karena keterbatasan anggaran, LAPAN berencana membuat Bandar Antariksa skala kecil untuk uji terbang roket dan peluncuran roket kecil. Ditargetkan tahap awal selesai sebelum 2024 untuk memfasilitasi uji terbang roket bertingkat yang akan dikembangkan,” terang Thomas.
Nantinya, Bandar Antariksa besar juga diupayakan dibangun dan dioperasionalkan dengan kemitraan internasional. Terkait dengan pemilihan lokasi, Thomas menyampaikan, sempat terdapat kajian untuk mencari alternatif tempat yakni: Biak, Morotai dan Enggano. “Akhirnya pada rapat koordinasi 2018 antar Kementerian/Lembaga, LAPAN menetapkan Biak sebagai lokasi Bandar Antariksa,” ujarnya lagi. Alasannya, sejak tahun 1980-an LAPAN sudah menyiapkan lahan seluas 100 hektare di Biak Utara, Papua. Lokasi tersebut ideal karena Biak paling dekat ekuator dan pantai timurnya langsung menghadap Samudera Pasifik. Adapun tempat peluncuran roket yang ada di Garut saat ini, disebut Thomas sebagai lokasi untuk tempat uji statistik dan uji terbang roket kecil.
Wah senang rasanya Indonesia mulai konsen mengembangkan bidang Antariksa. Semoga lancar dan sukses.